Pages

Selasa, 20 Mei 2014

Raden Mas Suryopranoto

Diposting oleh Kusrini di 20.44



RADEN MAS SURYOPRANOTO (1871-1959)
R. M. Suryopranoto dilahirkan pada tahun 1871 di Yogyakarta. Beliau adalah anak dari Pangeran Sastraningrat dan cucu Pakualam III, ia juga kakak dari Ki Hajar Dewantara. Sewaktu kecil R.M. Suryopranoto bernama Iskandar.
Setamat dari OSVIA Magelang dan Sekolah Pertanian Bogor, ia bekerja di Jawatan Penerangan dan Bentuan Pertanian di tempatkan di Wonosobo, saat itu ia menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian. Pada tahun 1914 ia dipecat sebagai Kepala Dinas Pertanian dengan alasan ia tidak mau lagi bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda.

Di kantor Kontrolir terjadi keributan besar karena seorang pegawai inlader (pribumi) menempeleng seorang atasannya, orang belanda. Akibatnya pegawai pribumi tersebut harus keluar dari kantornya.
Suryopranoto memprotes tindakan tersebut, ia sangat menentang kekuasaan belanda karena dianggap merugikan orang pribumi dan pemerintah Indonesia saat itu.
Aktivitas Suryopranoto ditandai dengan mendirikan sekolah Adhi Dharma. Adiknya, Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara ikut serta. Pengajaran di sekolah itu didasarkan dengan metode Montessori-Tagore yang di sesuaikan dengan keadaandan kebutuhan masyarakat Indonesia. Pada intinya metode ini bertujuan untuk melepaskan ikatan-ikatan yang sangat menyempitkan budi manusiaaaa dan menurunkan derajat kemanusiaan. Agar kebebasan yang di praktikkan di sekolah dikaitkan dengan kegiatan di luar sekolah atau di tengah masyarakat. Hal itu sebagai bagian dari usaha unntuk membela penduduk pribumi yang menderita akibat struktur pemerintah kolonial.
Pada tahun 1919 Suryopranoto mengetuai serikat-serikat sekerja pegadaian yang ada untuk memberikan dukungan dan pengarahan. Ia juga mendirikan serta memimpin PFB, yaitu serikat pekerja gula pada tahun yang sama. Kepemimpinan itu didukung oleh H.O.S. Tjokroaminoto, Abdul Muis dan Haji Agus Salim.
Pada tahun 1922, terjadilah pemogokan tiga ribu karyawan pegadaian. Akibatnya ribuan buruh dipecat oleh pemerintah kolonial Belanda. Lalu Suryopranoto mendirikan yayasan untuk menolong keluarga buruh yang dipecat oleh pemerintah kolonial Belanda. Belanda sangat marah dengan tindakan Suryopranoto tersebut sehingga Suryopranoto di penjara.
Pada tahun 1923, ia dipenjarakan di Malang, tiga tahun berikutnya di semarang, dan tahun 1933 di penjara Sukamiskin, Bandung. Keprihatinan dan keterlibatannya pada pekerja-pekerja kecil  menjadikannya tokoh panutan dari golongan buruh. Ia mendapat julukan Stakinskoning (Raja Pemogokan) dari pemerintah Belanda.
Sebagai salah seorang pemimpin, Suryopranoto sangat memperhatikan kehidupan para pekerja yang dipimpinnya. Didirikannya Komite Hidup Merdeka di Yogyakarta, ia bertindak sebagai ketua dan adiknya Suwardi Suryaningrat sebagai sekretarisnya dengan anggota seperti Haji Fachruddin (dari Muhammadiyah) dan Haji Agus Salim (dari SI). Tujuannya adalah untuk memdidika manusia Indonesia yang sebagian besar masih hidup dalamm sikap ketergantungan terhadap pemerintah kolonial Belanda menjadi manusia bebas dan merdeka. Hal itu dilakukan dengan melakukan perjuangan lewat perbuatan nyata. Disamping itu, didirikan tempat-tempat kerja kerajinan rumah tangga bagi istri para pemogok, mengorganisasi pengajaran praktis, tempat-tempat kerja untuk perniagaan dan kerajinan kaum pria pemogok, dan usaha mendirikan sekolah guru. Sikapnya yang tidak kompromi dengan penjajah itu masih ditunjukkan pada masa pendudukan Jepang.
Ketika negara benar-benar merdeka, di usianya yang sudah tergolong senja, ia tetap berperan sebagai pendidik. Dia memberikan kursus politik kepada para pemuda di lingkungannya. Memasuki tahun 1949, di usianya yang makin lanjut ia menghentikan sama sekali kegiatannya. Hari demi hari masa pensiunnya itu dilalui dengan tenangg sampai tanggal 15 Oktober 1959 ia menutup mata untuk selama-lamanya di Cimahi, Jawa Barat. Jenazah bangsawan pejuang itu dibawa ke tanah kelahirannya dan dimakamkan di Kotagede, Yogyakarta.



DAFTAR PUSTAKA

Soedarmanta. 2006. Jejak-jejak Pahlawan. Jakarta:Grasindo.
                        . 2008. Ensiklopedia Pahlawan Indonesia dari Masa ke Masa. Jakarta: Grasindo.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Kenangan Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea